Bukan untuk aku
Mamat berlibur ke rumah neneknya di desa. Kedatangan Mamat disambut dengan sukacita oleh neneknya. Agar cucunya betah, nenek Mamat memperlakukan Mamat dengan istimewa.
Untuk makan Mamat, neneknya menyediakan makanan yang enak-enak. Sebelum Mamat tidur, neneknya mendongeng. Setelah Mamat tidur, neneknya tetap terjaga di dekat Mamat untuk menjaga Mamat dari gigitan nyamuk. Pokoknya, nenek Mamat memperlakukan Mamat dengan istimewa.
Suatu pagi nenek Mamat menyediakan sarapan. Menunya nasi goreng, dua potong ayam kampung goreng, pisang, dan segelas air putih. Nenek Mamat juga menunggui cucu kesayangannya itu saat sarapan.
"Bagaimana, Mat, masakan Nenek enak?"
"Wah, enak sekali, Nek," puji Mamat yang membuat neneknya senang.
"Nasi goreng bikinan Nenek enak banget. Ayam gorengnya enak banget. Pokoknya semuanya enak banget."
"Kalau kamu di rumah, bagaimana dengan sarapanmu?"
"Kadang istimewa dan kadang juga biasa-biasa saja, Nek," jawab Mamat jujur. "Tergantung keuangan ibu, kan, Nek?"
Nenek Mamat tersenyum dan mengelus-elus rambut Mamat.
"Tapi kalau Mamat sedang sarapan di rumah, ibu selalu membuat satu gelas susu, dua lembar roti bakar, dan dua butir telur setengah matang," jawab Mamat.
Nenek Mamat menganggukan kepala.
Keesokan harinya, Mamat terheran-heran dengan menu sarapan yang disediakan neneknya. Di meja makan telah tersedia dua lembar roti bakar, dua butir telur ayam kampung setengah matang, dan satu gelas susu.
"Kenapa Mat?" nenek Mamat terkejut karena dilihatnya Mamat kurang suka dengan sarapan yang sudah ia sediakan.
"Bukankah sarapan seperti ini yang biasa kamu makan di rumah?"
"Nek," kata Mamat, "Yang biasa sarapan dengan dua lembar roti bakar, dua butir telur ayam kampung setengah matang dan satu gelas susu itu ibu! Bukan Mamat, Nek!"