Anoa dan Anak Penggembala
Di desa kecil dan terpencil hiduplah keluarga sederhana yang tinggal di ujung desa tepi sungai. Keluarga La Balawa itulah sebutan mereka. Sehari-hari mereka hanya menghabiskan waktu untuk berkebun dan mencari kayu bakar untuk memasak dan dijual ke pasar.
La Balawa adalah kepala rumah tangga yang bekerja merantau mengikuti kapal laut, ia meninggalkan Wa Rimba istrinya dan satu anak yang bernama La Hane. La Hane adalah anak yang penurut, setiap hari dia membantu ibunya berkebun dan pergi mencari kayu bakar.
Suatu hari, ibunya menyuruh La Hane untuk pergi mencari kayu bakar di tepi hutan ujung desa.
"Hane... Oh La Hane." Panggil Wa Rimba.
"Iya Ibu." Jawab La Hane.
"Coba kau pergi cari kayu bakar untuk dijual dan buat kita pakai memasak." Ujar ibu La Hane.
La Hane pun bergegas pergi ke hutan, jarak antara rumah mereka dengan hutan hanya sekitar satu kilometer. Selain anak yang penurut, La Hane juga adalah anak yang kuat, ia mampu memikul kayu dengan kedua pundaknya tanpa merasa lelah meskipun harus pulang balik antara hutan dan rumahnya.
Kali ini tampak tak seperti biasanya, saat sedang mencari kayu bakar, La Hane melihat ada seekor Anoa betina yang terjerat perangkat pemburu hutan. Awalnya La Hane tidak menghiraukannya dan sibuk memotong kayu, tapi tiba-tiba,
"Tolong.... Tolong aku," tangis Anoa
...(dalam keadaan kaget) "Siapa itu?" tanya La Hane.
"Tolonglah aku wahai anak yang baik hati, bantulah aku melepaskan jeratan ini," jawab Anoa.
"Ka-kau Anoa bisa berbicara?" tanya La Hane.
"Tolonglah aku, jeratan ini sakit sekali. Janganlah takut," jawab Anoa.
La Hane terdiam sejenak melihat Anoa tersebut, La Hane tidak tega melihat Anoa yang telah merintih kesakitan akibat tali jeratan pemburu hutan tersebut. la Hane pun membantu Anoa tersebut. Tetapi saat ingin membuka tali jeratan, pemburu datang untuk melihat perangkapnya.
"Astaga pemburu datang!" ujar La Hane.
"Anoa aku akan menyelamatkanmu tetapi tunggulah sebentar, pemburu itu datang," ujar La Hane lagi.
La Hane pun bersembunyi di balik daun lebar dan pohon-pohon.
"Waahhh.... Anoa ini sudah masuk perangkapku," ujar pemburu.
"Ayah... ayah... kemarilah. Ayo lihat ke sini. Ada Anoa yang sangat besar!" teriak anak pemburu.
"Benarkah? Anoa besar telah masuk perangkap kita?" jawab pemburu.
"Benar Ayah! Cepatlah sebelum Anoa itu berhasil kabur," ujar anak pemburu.
"Iya, tunggulah di situ. Hahaha, hari ini aku menghasilkan banyak uang."
"Hei Anoa tunggulah kau di sini, sebentar lagi giliranmu," ujar pemburu.
Pemburu sangat senang dan tampak girang karena hasil buruannya. Setelah pemburu pergi untuk mengecek buruannya yang lain di salah satu perangkapnya, La Hane bergegas pergi ke tempat Anoa tadi.
Hari sudah semakin siang, La Hane belum juga pulang, ibunya menjadi sangat khawatir.
"Dimana anakku ini sudah siang belum pulang juga?" ujar Wa Rima dengan nada cemas.
La Hane membuka tali perangkap dengan cepat dan berhati-hati agar tidak ketahuan oleh pemburu dan Anoa tidak merasa kesakitan. Dan La Hane pun berhasil membuka perangkap tersebut.
"Anoa ikatanmu sudah terlepas sekarang, pergilah kau," ujar La Hane.
"Aku akan ikut denganmu, rawatlah aku dengan baik maka hidupmu akan berubah," jawab Anoa.
"Ta-tapi...," tiba-tiba La Hane memotong pembicaraan.
"Ayolah cepat bawa aku ke rumahmu, sebelum pemburu itu datang dan menangkapku lagi."
"Iyaa baiklah. Ayo segera ikuti aku."
La Hane dan Anoa berjalan keluar dari hutan, hari sudah sore dan mereka pun tiba di rumah. Alangkah terkejutnya ibu La Hane melihat Anoa yang dibawa oleh anaknya.
"Hane, Anoa siapa ini?" tanya Wa Rimba.
"Ibu, Anoa ini ku tolong dari perangkap pemburu dan dia kesakitan akibat perangkapnya, Anoa ini akan dibunuh dan dijual," jawab La Hane.
"Jadi apakah kita rawat saja Anoa ini Sambil menunggu jikalau tiba-tiba pemiliknya mencarinya."
"Iya Ibu, kita rawat saja, lagi pula Anoa ini ku dapatkan dari hutan, jadi tidak mungkin ada yang memilikinya," jawab La Hane.
"Sudahlah kalau begitu sekarang kau makan dulu, ibu akan menyimpan Anoa ini di belakang rumah kita," ujar Wa Rimba.
Setelah Anoa tersebut dirawat dan dipelihara oleh La Hane dan ibunya, kehidupan mereka berubah. La Hane menjadi seorang anak penggembala Anoa dan semua Anoa mereka tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Sehingga ayah La Hane tidak perlu lagi pergi merantau dan sibuk mengurus Anoa bersama keluarganya.