Persahabatan yang Tak Akan Pernah Luntur

Surat ini aku tulis untuk sahabatku, Jasmine, yang telah pindah ke luar kota. Dengan surat ini, aku berharap agar kita dapat tetap menjaga persahabatan kita meskipun terpisah oleh jarak yang jauh.

Kisah persahabatanku dengan Jasmine dimulai saat kami memasuki SMP. Waktu itu, kami baru saja saling mengenal ketika aku hampir pingsan saat pelajaran olahraga. Jasmine dengan kepedulian yang besar bertanya, “Kamu terlihat sangat lemas. Apakah aku harus memanggil guru agar kamu bisa segera dibawa ke UKS?” Meskipun aku mencoba keras untuk tetap kuat, akhirnya aku mengakui, “Mungkin lebih baik kamu memanggil guru. Aku memang tidak merasa baik.”

Jasmine segera melaporkan kepada guru bahwa aku memerlukan pertolongan. Guru olahraga membawaku ke ruang UKS untuk beristirahat. Setelah sejenak beristirahat, aku merasa lebih baik dan menyadari bahwa kelemahan itu disebabkan oleh fakta bahwa aku belum sarapan di pagi hari.

Ketika aku kembali ke kelas, aku sangat bersyukur kepada Jasmine atas tindakan pedulinya. Tanpanya, aku mungkin benar-benar akan pingsan. Kami berdua pulang bersama dengan angkutan umum yang sama karena rumah kami berada searah, yang membuat hubungan kami semakin dekat.

Selama tiga tahun berikutnya, aku dan Jasmine menjalin persahabatan yang kuat, selalu berbagi cerita, baik yang menyedihkan maupun bahagia. Namun, setelah lulus dari SMP, Jasmine pindah ke luar kota bersama orangtuanya. Mendengar berita tersebut, aku merasa sangat sedih karena kita akan sulit bertemu secara langsung. Meskipun teknologi komunikasi modern memudahkan kita tetap berhubungan, namun rasanya kurang lengkap tanpa kehadiran fisiknya.

Tak terasa, aku hampir menyelesaikan pendidikan SMA, dan aku mulai merasa bahwa inisiatif perlu diambil. Karena itu, aku memutuskan untuk menulis surat kepada Jasmine. Dalam surat tersebut, aku bertanya, “Apakah mungkin kita bisa bertemu kembali di universitas yang sama nantinya?”