Buku Antik
Awalnya, saya mengabaikan surel-surel misterius itu. Namun, setelah menerima surel ketiga yang memiliki isi yang serupa, saya mulai serius mempertimbangkan pesannya. Penulis surel tersebut mengatakan bahwa ia telah membaca salah satu cerpen yang saya tulis dan ingin berdiskusi dengan saya tentang isi cerita tersebut. Meskipun ia mengklaim tinggal di Istanbul, ia bersedia menemui saya di lokasi apa pun atau tempat yang saya pilih.
Cerpen yang dimaksud adalah kisah fiksi yang berlatar di Caraquy, sebuah kota kecil di tepi laut Filipina yang jarang dikenal. Dalam cerita tersebut, saya menggambarkan pembunuhan seorang kolektor barang antik kulit putih yang secara diam-diam menyimpan sebuah buku kuno dengan aksara dan bahasa yang tidak dikenal.
Buku tersebut, dalam cerita saya, merupakan salah satu dari tujuh jilid buku yang tersebar di seluruh dunia dan disembunyikan selama ratusan tahun oleh sebuah sekte pengabdi setan. Buku yang ada di Caraquy adalah buku kelima dari tujuh. Menurut cerita tersebut, jika ketujuh buku tersebut berhasil ditemukan, dikumpulkan, dan dijalankan ritual tertentu, serta pembacaan mantra berdasarkan isi ketujuh buku itu, para pengikut setan akan mampu membangkitkan iblis betina yang mereka sembah, yang menurunkan buku-buku tersebut dan telah terkubur selama lebih dari seribu tahun.
Pengirim surel, yang mengaku bernama Anton Polster, membaca cerita saya dalam versi terjemahan bahasa Inggris yang diterbitkan dalam sebuah jurnal sastra di Auckland, Selandia Baru. Dia mendapatkan jurnal tersebut dari Anton Blank, seorang penyunting jurnal yang berdarah Maori-Swiss, dalam pertemuan di sebuah kafe di Kaiserstrasse, Frankfurt, tiga minggu sebelumnya.
Hal yang membuat Anton Polster penasaran adalah bahwa kisah dalam cerita saya tampaknya persis seperti yang dialami pamannya. Paman Anton adalah seorang kolektor barang antik yang telah tinggal bertahun-tahun di Caraquy, Filipina, dan menikahi seorang wanita setempat. Dia tewas dibunuh oleh seseorang yang tidak dikenal tujuh bulan sebelum Anton Polster membaca cerita saya. Yang hilang dari rumah pamannya saat itu hanyalah sebuah buku tua yang tampaknya tak berharga, disimpan dalam lemari antik di kamar tidurnya.
Sebuah kebetulan yang sangat aneh, bukan? Masalahnya, cerita yang saya tulis tiga tahun lalu adalah hasil murni dari khayalan saya. Bukan sebuah kisah nyata atau fiksi yang mencoba membuatnya tampak nyata.