Wanita Berwajah Penyok

Seseorang yang dilahirkan tanpa diminta, hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan, tumbuh tanpa kasih sayang, dan hidup di lingkungan yang penuh dengan ketidakpedulian. Dikenal sebagai anak tak diinginkan dalam suatu hubungan gelap yang dilarang oleh masyarakat dan agama.

Perempuan yang sekarang disebut sebagai ibunya hanyalah seorang inang yang bersimpati, yang dengan kasih sayangnya, memberi makan kepada dua anak bayi yang dibuang oleh orang-orang di pinggir desa.

Suatu hari, wanita tersebut berjalan sendirian melalui kampung ketika anak-anak kecil mulai mengganggu dan mengikuti dia dari belakang. Ketika anak-anak itu terus berkerumun di belakangnya, wanita itu mengambil sejumput batu dan melemparkannya ke arah mereka. Salah seorang anak terkena dan terluka, membuat wajahnya berdarah. Dia pulang dan mengadu kepada ibunya, dan anak-anak lainnya mengejaukan diri.

Akhirnya, keluarga wanita tersebut memutuskan untuk memasungnya dalam sebuah ruangan kecil yang tidak bisa disebut layak di dekat tanah pemakaman. Dia diisolasi dalam kegelapan, tanpa tahu apakah itu siang atau malam.

Seperti apa rasanya hidup dalam kesepian? Tanyakan padanya, dan jika dia bisa berbicara, dia akan menjawab dengan sejuta kekesalan. Tidak ada yang tahu persis apa yang dia lakukan di dalam sana, meskipun terkadang terdengar suara jeritannya yang mengejutkan. Orang-orang percaya itu adalah suara hantu atau makhluk yang menghuni kuburan. Tidak ada yang pernah berani mendekatinya.

Orang-orang bertanya-tanya bagaimana dia bertahan hidup jika dia pernah bebas dari penjara pasungnya. Tetapi dia telah menjadi terlalu terbiasa dengan kehidupan sendirian.

Suatu malam, dia bisa melihat sedikit cahaya melalui celah di langit-langit pasungnya. Dia bisa melihat bulan. Selama bertahun-tahun, dia tidak melihat bulan, dan akhirnya dia hampir lupa bahwa itu adalah bulan.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa memiliki teman. Dia mulai berbicara dengan bulan dalam bahasa yang hanya dia pahami. Dia selalu menunggu bulan setiap malam, dan mereka berbicara satu sama lain.

Namun, seiring berjalannya waktu, bulan semakin mengecil dan menipis hingga hanya menjadi sebuah sabit. Air mata bulan juga menjadi semakin pucat. Tetapi dia tetap setia menunggu bulan sampai saat bulan penuh, dan itu adalah kebahagiaannya.

Namun, suatu malam setelah bulan benar-benar menjadi sabit, bulan tidak muncul. Dia merasa bahwa bulan telah meninggalkannya, dan dia merasa sangat sedih. Mereka menangis bersama saat hujan turun dengan deras, dan dia berpikir bahwa air hujan adalah air mata bulan.

Ketika dia terbangun di pagi hari, dia melihat cahaya matahari masuk melalui celah di atap. Meskipun dia merasa sakit dan demam, yang dia ingat hanyalah bulan. Selama siang telah tiba, yang berarti bulan telah kembali ke langit setelah semalaman menangis. Dia mendekati genangan air kotor yang ada di sana dan melihat bayangan wajah bulan yang bersinar di permukaan air. Ia tersenyum, merasa bersama sahabatnya, dan akhirnya tertidur dengan damai.