Sepatu Favoritku
Aku masih ingat dengan jelas sepatu favoritku. Sepatu berwarna merah dengan garis putih di sisinya. Sepatu itu bukan sepatu mahal, tapi bagiku sepatu itu sangat istimewa.
Aku mendapatkan sepatu itu saat aku berumur 10 tahun. Saat itu, ayahku baru saja mendapatkan gaji dan dia mengajakku ke toko sepatu. Aku langsung jatuh cinta saat melihat sepatu merah itu. Aku memakainya dan berlari-lari di toko, merasakan betapa nyamannya sepatu itu di kakiku.
Sepatu merah itu menjadi teman setiaku. Aku memakainya ke sekolah, bermain di taman, dan bahkan saat tidur. Sepatu itu selalu ada bersamaku.
Suatu hari, aku dan teman-temanku bermain hujan. Kami berlarian dan bermain air dengan riang. Aku tidak menyadari bahwa sepatu merahku mulai basah dan kotor. Saat aku pulang ke rumah, ibuku marah besar. Dia memarahiku karena aku tidak menjaga sepatu itu dengan baik.
Aku sedih sekali. Aku menangis dan memeluk sepatu merahku. Aku berjanji akan menjaganya dengan lebih baik lagi.
Keesokan harinya, aku membersihkan sepatu merahku dengan hati-hati. Aku mengeringkannya dan memolesnya hingga kembali berkilau. Aku berjanji tidak akan memakainya saat hujan lagi.
Sepatu merah itu tetap menjadi favoritku hingga aku berumur 13 tahun. Sepatu itu sudah mulai usang dan tidak muat lagi di kakiku. Tapi, aku tidak tega membuangnya. Aku menyimpannya di dalam kotak sepatu dan sesekali aku melihatnya untuk mengenang masa kecilku yang indah.
Sepatu merah itu bukan hanya sepatu biasa. Sepatu itu adalah simbol kebahagiaan dan kenangan indah masa kecilku.