Sumarsih, 25 Tahun Ziarah
sembilan ribu seratus dua puluh lima hari
malam-malam gagal mencatat lebam tak muat-muat, Sumarsih
tiga ratus bulan berganti
kau hitung sejak pertama
dan bulan penuh pengabaian lainnya
istana belum beri pertanda
belum ada kabar apa-apa
dua puluh lima tahun ziarah
doanya tak ubah-ubah
lima kali pergantian kepala negara
ia masih melacurkan janjinya
Sumarsih, ketidakadilan melumat habis
memaksa sisa hidup menelan tabah
merajut derai-derai gerimis yang lekat dipayung pengharapan
namun telinga mereka kedap suara
keculasan dan perselingkuhan negara dengan
pelaku atas kepentingan yang sama
adalah kebenaran bahwa negeri ini belum pantas merdeka
tetapi, meski begitu, Sumarsih
doa mana tak ditampung langit?
suara siapa tak didengarNya?
hingga kelak satu di antara kita kembali ke-haribaanNya
saat itu, jutaan bayi lain lahir dan jauh lebih bising.