Menulis, Melagu dan Jatuh Cinta
Adakah dokter yang tahu obat sakit pipi bagi manusia yang melulu tertawa akibat jatuh cinta?
Jalanan lengang, rambu dan lampu yang remang telah merangkum kenang sepasang kekasih yang meninggalkan bayang di portal e-money. Itu dia. Kudapati bintang-bintang jatuh tergelincir, berbaris rapi di netra coklatmu, hangat mendekap aku.
‘It’s the shimmer in your eyes?’
Bukankah lagu-lagu cinta sengaja dicipta untuk bersanding dengan mobil dan radio? Menuju satu Februari di jalanan yang ramai sepi. Itu dia. Kudapati betapa manis kekasih hati dengan tahilalat di pipi sebelah kiri. Bak musisi handal, kau, kekasih tenorku yang amatir melagu merayu waktu. Sementara aku merangkai memo macam puisi-puisi cinta yang belum tentu dikurasi, tak lain hanya untuk kita ingat kembali.
Harus kusebut apa perasaan ini? Rintik hujan menyerbu berbahagia, musim semi utuh dan tumbuh digenggam kita. Udara malam beramah tamah, titik embun membingkai aroma rumah.
Dengan kalimat selain aku mencintaimu, mungkin aku akan terus merangkai memo macam puisi-puisi cinta yang belum tentu dikurasi atau kau yang terus melagu merayu waktu, tak lain hanya karena kita saling mencintai.
Oh! Sampai lirik mana tadi?
‘I feel like with you, I’m going places..’