SI MISKIN JUWITA PARI
Asa diambang jiwa
Tak terasa bak takdir si Juwita Pari
Duduk di pojokan kamar mandi
Sambil berpikir sesuap nasi
Tak berani meminta malu
Si Juwita dianggap bala
Berharap bisa memalu
apa daya susah sengsara
“Aku gadis desa cantik jelita terpaksa tertutup lumpur tak kenal rupa”
“Keluargaku meninggal semua”
“Ayahku iblis nyata dalam dunia”
“Aku si Juwita Pari lari ketakutan saat ayah membawa pedang, lari tanpa arah berharap bisa menemukan rumah”
“kuberlindung dalam gemerlap malam menyaksikan kemaksiatan”
Tubuhnya dipegang-pegang
Tawanya pahit terkekang
Si Juwita warga miskin tak di pelihara
Berusaha tetap hidup
Tuan tanah tak berikan harapan
Berlari kencang dikejar maut
Wanita jalang berusaha mapan
Dia dibenci dihakimi
Diteriaki hanya pantas untuk mati
Tak ada yang perduli padanya
Hanya meyedihi hidupnya sendiri
Makanya beribadah
Makanya sekolah
Makanya makanya
Makanya semua bilang makanya
Padahal mereka makanya nasi
Tapi tidak mau dibagai bagi
Tiap hari penuh tangisan
Juwita Pari duduk di pojokan kamar mandi
Sambil menangis mengikat perut
Sambil menangis menjemput maut
Sudikah kita menyebut diri kita manusia
Bahkan binatang tak mau menjadi kita