Monolog Kalbu
Menghitung nyaris 100 hari
Berharap lekas bertemu pelangi
Tetapi semesta masih saja menghujani dengan badai
Badai dengan rinai berandai-andai
Aku butuh tenang
Meredakan kepalaku yang menjadi Medan perang
Kepala dan hatiku meradang
Badanku perih tersayat pedang
Aku perlu waktu
Untuk mencerna masuk ke kalbu
Memadamkan bara agar tidak menjadi abu
Aku hanya perlu menegakkan kaki diatas setumpuk ragu
Aku dengan semua celah
Yang hanya fokus mencari salah
Mencoba memanjangkan galah
Untuk sekedar mengobati gundah