Kabut Nasib
Kalut pikirku
Sesekali ku ingat lagi gagal-demi gagal
Lalu Kembali memberontak dengan nasib
Menggebu dalam diam
Ingin muntah ketika mencium bau nasib
Aku sudah mabuk keadaan
Hilang kendali akan pikiran
Banyak suara cicilan dan tagihan
Meminta untuk segera diselesaikan
Tapi kantong masih melompong
Perut juga sering berkeroncong
Seandainya saja “andai dapat dicapai dengan mengandai”
Andai bisa jadi engkau yang hari-harinya bergemuruh rindu pada pelita agama
Tanpa pusing besok makan apa
Bulan depan bayar kos berapa
Hanya fokus mengembangkan diri
Dan menjadi bermanfaat
Atau
Andai aku jadi engkau yang Ketika kehabisan uang dan semangat
Ada tempat meminta do’a dan biaya
Lalu dengan tenang Kembali merajut asa tanpa takut kurang do’a dan dana
Aku sedang kalut
Tapi masih berusaha agar mampu mengucap kata penenang
Yaitu kata “aku tidak sendiri” meski pada dasarnya memang segalanya
ku hadapi sendiri