Potret Sembilan Belas Sampai Kini
Berdiri di pinggir teras menatap langit
Abu-abu, gelap, tampak awan menangis
Pemandangan manis berubah menjadi pahit
Berubah yang mula optimis menjadi pesimis
Sembilan belas, dua angka terakhir termulainya peristiwa ini
Munculnya si kecil mematikan ke bumi
Membuat kita semua terkekang di balik atap ini
Tak tahu menahu kapan ia akan terbasmi
Sembilan belas, munculnya jarak antara kita
Dua puluh, semakin ketat ia mengerjai kita semua
Dua puluh satu, ia menjadi jamak adalah fakta
Akankah kita terkurung sampai tua
Orang terbalut putih siap siaga untuk kita
Dengan kain berlapis yang menutup hidung dan mulut
Gugur dalam perang tidak asing bagi kita
Terimakasih telah berjuang tanpa takut
Benda tipis lancip memasukan cairan ke tubuh kita
Cairan yang menjadi perlindungan sementara
Kuatlah menjadi akhir kata
Semangatlah ku ucapkan bagi kita semua