Luka Di Tempurung Kepala
Sajak kali ini memberontak
Mungkin kata ini terlalu kaku
Hingga masih dikekang malam dengan pandangan kian menajam
Apalagi siang, semakin membangkang jika diajak melamun
Mencoba berdo’a padaNya
Bicara pada hampa udara
Tetapi ia justru menyiksa dan menundukkan muka
Ia inginkan seseorang yang pantas dan yang cerdas
Yang pandai membawa diri dalam segala suasana
Kalah, memang kalah
Sejenak sebelum beranjak meniti tapak kaki
Mengukir jejak perih tertatih mendapatkanmu
Tunggulah
Esok pagi akan datang mengganti hari ini
lalu hari ini jadi kemarin
Tenang saja
Karena sebelum bertempur menggempur ketidakmungkinan
Diri ini sudah berkaca pada segala kemungkinan