Jalur Rempah

1)
Tanah-tanah ditinggalkan rempah bersama musim koloni saat kemarau datang dan angin berhembus dari tepi barat Pulau Jawa igau seorang lelaki berkulit putih mengangkat jangkar mengibar layar memanggul keranjang nasib meniti pesan besar kembali ke tanah Purna

Awak kapal siap menyulam haru dari harapan yang kian memanjang di antara kobar penantian dan bulan di atas rumah Sultan. Saat malam melolong dari kejauhan, sepeti pala telah siap diberangkatkan, bersamaan riuh serangga dan ombak samudera berdebar-debar di dada yang nyala.

2)
Pelaut tangguh yang menerabas taufan dan badai berjumpa Maluku, Mata yang menidurkan musim kering dan batu luka di sepanjang jalan menuju tubuh surga. Berita tentang pulau Firdaus telah meruap bertekad kayu manis

(3)

Tunggu aku di Banda, seorang kapten dari arah nun jauh di Selatan berteriak di antara  terik dan sabar berdebar.

Armada bertahan setelah bertahun dari amuk kemarau dan maut. Layar terbakar semangat di hari sabtu, esok Tuhan akan datang mengabadikan

Di bawah matahari aku tumbuhkan air laut , ladang-ladang luas yang lama menghantui bebatuan cadas jalan lintas menuju ke lubuk semesta rempah.

Airmata yang bening memantulkan riwayat para lelaki yang menolak takdir, dan perempuan-perempuan yang setia menganyam rindu di peradu

Muhammad Afnani Alifian