Hati yang Harus Dijaga
Lintasan kelabu tetap berada di jalur rotasi
Bulan dan bintang siap mengawal hati
Saat rasa ini cukup ku simpan sampai waktu berhenti
Biarlah hal ini menjadi rahasia antara-Nya dan benih
Matahari membancang berma anggara
Pancakara bersama seribu perasaan
Guna isyarat kabar dari-Nya
Akankah daksa masgyul ini bertemu gandewa tajam?
Kabur soal cinta itu hobi menetap
Menarik katapel jauh entah ke mana
Ada beribu aral di jalan ini,
dan si pengacara yang penasaran
Kata warsa pada akara tengak
“Cinta itu fitrah: jangan disalahkan”
“Semua ada porsinya: jangan dilebihkan”
“Jodoh pasti datang: jangan putus asa”
Oh, wahai sang penentu segalanya
Dua indurasmi sedang buntara bertamu
Membuktikan janabijana di jumantara merah
Merapah di ujung gapah di atas getaran
Menyuarakan maksud hati di atas sofa
Ku ingat kata teman pada awan gelap
“Nanti semua akan jelas pada waktunya…”
“Bila karena-Nya semua pasti akan mudah”
“Dan terus lah memantaskan diri tanpa membatasi”
“Sampai ada yang bisa meyakinkan dengan caranya”
Sekala widyaiswara hutan diam seribu bahasa
Ada kala ia pergi menaiki bianglala
Menoleh ke sajak sederhana
Seraya berkata,
“Tunggulah yang akan datang dengan setia”
“Ingat, ada hati yang harus dijaga”
“Di masa depan yang akan datang”
“Meski mengambil waktu bertahun-tahun lamanya”
Lisan merenung, bersandar dalam aksara penuh sesak
“Jika andai nestapa adalah rahasia yang berharap?”
Bulan berbalik pasrah pada istana waktu
Sembari mengayun kayu di balik lembayung
Hei, berbaliklah ke sini!
Ada aku yang menunggu
Aqila Ghania Syaakirah