Bisu

Bumi dan langit membisu kala dungu menyelimuti jiwa
Aku masih buta
Mataku meraba-raba haus akan cahaya
Kakiku beku menggemakan jagad bertabur pilu

Suara itu
Memecahkan ruang dungu di telinga kananku

Mencabut rasa takut pada semesta yang kian kecut
Aku bisu, aku pilu

 

Suara itu
Mengetuk rambu-rambu depan pintu
Mengetuk-ngetuk isi kepala basi ku
Merasuk ke dalam lalu membuat aku terpejam

Seketika gemuruh rusuh menggema di tubuh
Menggaung tanpa ujung
Aku bisu
Hanya suara itu yang kudengar hingar bingar
Menampar aku fajar
Terang, panas
Memori itu terputar
Menyebar

Noda yang ku buat dalam diam
Keruh
Hatiku sangat keruh

Lagi-lagi suara itu menyusuri mulutku yang bisu
Susah ku berkata ia membuka lagi mulutku
Mulut kotor yang pernah nanar

Aku tidak lagi bisu
Suara tadi
Suara itu
membelalakan aku sampai tersengal-sengal

Sekali lagi Ia mengundang aku
“Hai pengikut-Ku”
katanya begitu
“Pulanglah, Kau masih pengikut-Ku”

Detik itu jantungku merintih
Aku masih disentuh-Nya
lebih dari disentuh
Mulutku dibuka lagi
Bisuku pergi

Ia memanggil aku ketika aku bisu dan dungu
Masih mengasihi aku yang tanpa kasih

Ragaku terkulai lemas
Mengeraskan pikiran
Aku terpanggil untuk ikut andil

Meraba semesta dengan cinta-Nya


Lucia Arita Ayu Dyah Pradnya Paramita